Rabu, 02 Mei 2012

Hubungan Karakter dan Kepribadian

Hubungan Karakter dan Kepribadian



Hubungan antara karakter dan kepribadian dapat diilustrasikan sebagai sebuah gunung es. Puncak gunung es (kepribadian) adalah apa yang pertama kali dilihat orang. Meskipun citra, teknik, dan keterampilan bergaul dapat mempengaruhi keberhasilan penampilan anda, bobot dari efektivitas yang sesungguhnya terletak pada karakter yang baik. Karakter dalam khasanah Islam sering disebut dengan tabiat, sedangkan kepribadian dalam khasanah islam sering disebut juga akhlaq. Akhlaq menurut Al Ghazali, terdiri dari empat tatanan. Tatanan pertama disebut dengan kepandaian yaitu kondisi jiwa yang dengannya kebenaran dapat dibedakan dari kesalahan. Kedua adalah keseimbangan  yaitu suatu kondisi jiwa peningkatan serta penurunan rasa marah dan syahwat yang dapat dikendalikan dan membawanya pada putusan akal. Tatanan ketiga adalah keberanian yang merupakan induknya daya, sedangkan yang terakhir adalah kesederhanaan yaitu  terdisiplinnya daya syahwat oleh akal dan hukum.
Kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang maka akan
melahirkan sebuah kepribadian dan karakter
Nol Persen
Karakter  baik dan buruk tersebut akan ditentukan oleh hati atau kalbu kita,
 bila kalbu/hati kita kotor maka akan menghasilkan karakter buruk tapi apa bila hati kita senantiasa bersih maka akan menghasilkan karakter yang baik.
Dalam Hati kita terdapat God Spot (Titik Tuhan)  yang merupakan sifat Allah yang dititipkan kepada manusia  sifat Allah tersebut sering disebut
 99 Circle ( Asmaul Husna)
Proses pengembangan diri yang paling ideal adalah dimulai  dengan suasana hati yang bersih dan senantiasa berpikir positif.  Proses menuju kepada hati yang bersih adalah proses pengembalian hati kepada fitrah, yaitu proses pembersihan hari dari noktah yang senantiasa mengotori hati. Hati itu ibarat cermin yang akan mampu memantulkan dengan sempurna apa yang ada di lauh mahfuzd, bila hati kita bersih maka pantulannya akan sempurna tapi jika hati kita dikotori oleh noktah-noktah maka pemantulannya tidak sempurna bahkan tertutup sama sekali. Dan agar hati senantiasa terjaga dalam kesucian maka alangkah baiknya mengikuti kata-kata ini “Terjaganya hati karena dzikir, sehatnya hati karena Ilmu, dan hidupnya hati karena keyakinan/iman “.
Proses pembersihan hati  kembali ke fitrah ini menurut istilah yang dikembangkan oleh Ary Ginanjar Agustian kemudian disebut  dengan Zero Mind Process, yang menurut beliau secara garis besar noktah-noktah yang senantiasa mengotori hati tersebut dikelompokan dalam prasangka (pikiran negatif), prinsip hidup, pengalaman masa lalu, skala prioritas, sudut pandang, pembanding dan literatur. Secara sederhana, Zero Mind Process dapat digambarkan sebagai berikut:
Nol Persen

2 komentar:

  1. dtmbah lg materinya dan disertai gambar yang sesuai dengan materi tersebut

    BalasHapus
  2. dtmbah lg materinya dan disertai gambar yang sesuai dengan materi tersebut

    BalasHapus