Sejarah DKI Jakarta BY Fherry Pramana
Jakarta
merupakan daerah yang memiliki peran penting dalam perjalanan sejarah
bangsa Indonesia. Sejak era kolonialisme Belanda, Jakarta yang ketika
itu bernama Batavia merupakan pusat pemerintahan Hindia-Belanda. Saat
dimulainya pergerakan perjuangan kemerdekaan secara nasional, Jakarta
merupakan jantung pergerakan yang memompakan darah perjuangan
kemerdekaan ke seluruh peloksok tanah air.
Denyut kehidupan di Jakarta diketahui sudah sangat tua. Setidaknya sejak
2000 tahun sebelum masehi, wilayah Jakarta sudah dihuni oleh manusia,
yaitu, pada waktu terjadinya gelombang migrasi dari kawasan selatan
Cina. Pada awal tarikh masehi, penduduk yang mendiami wilayah Jakarta
sudah berhubungan dengan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan masuknya
kebudayaan Hindu yang diketahui dari banyaknya prasasti di daerah
sekitar Jakarta, misalnya prasasti yang ditemukan di daerah Cilincing.
Sekitar abad 15, pelabuhan Sunda Kelapa yang sekarang terletak di Jakarta Utara menjadi pelabuhan penting
di pesisir utara Jawa bagian barat. Pelabuhan tersebut langsung dapat
diakses dari pusat kerajaan Pajajaran, yaitu, Pakuan (Bogor) melalui
Sungai Ciliwung. Sunda Kelapa yang waktu itu masih termasuk wilayah
kekuasaan Pajajaran menjadi target penguasaan pihak lain, baik kerajaan
nusantara lain maupun pihak asing. Untuk menghadapi ancaman tersebut,
yang waktu itu datang dari Banten dan Cirebon, tepatnya tahun 1522,
Pajajaran mengizinkan Portugis mendirikan benteng di Sunda Kelapa.
Pada
tahun 1527, Sunda Kelapa berhasil ditaklukan Fatahillah, komandan
tentara Islam dari Kesultanan Demak. Setelah penaklukan ini, Sunda
Kelapa diubah namanya menjadi Jayakarta. Fatahillah menjadi kepala
pemerintahan pertama di Jayakarta. Tanggal 22 Juni 1527, sampai saat ini
diperingati sebagai hari jadi Kota Jakarta.
Pada
bulan Juli 1596, expedisi Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman
tiba di Jayakarta. Meskipun awalnya hanya berdagang, namun pada akhirnya
tujuan itu bergeser menjadi upaya penguasaan wilayah. Melihat lokasi
Jayakarta yang strategis, VOC berambisi untuk menguasainya. Pada tahun
1619, pasukan Belanda di bawah pimpinan Jan Pieters Coen melaksanakan
ambisinya tersebut dengan menyerang Jayakarta dan berhasil menguasainya.
VOC kemudian mengubah Jayakarta menjadi Batavia.
Meskipun
banyak mendapat fasilitas dari pemerintah Belanda, kinerja VOC terus
menerus menurun. Penyebabnya adalah korupsi dan kesalahan manajemen.
Akhirnya pada 31 Desember 1799, VOC dinasionalisasi oleh pemerintah
Belanda. Semua wilayah kekuasaan VOC di Indonesia diambil alih oleh
administrasi Belanda di Batavia.
Karena
merupakan pusat pemerintahan Hindia-Belanda, Batavia merupakan daerah
yang relatif sepi dari perlawanan bersenjata. Namun bukan berarti tidak
adanya perjuangan merebut kemerdekaan di daerah ini. Pada saat
perjuangan kemerdekaan di organisasi secara nasional, Batavia menjadi
pusatnya. Budi Oetomo yang merupakan organisasi perjuangan kemerdekaan
pertama, lahir di Batavia pada 20 Mei 1908. Budi Oetomo merupakan
inspirasi bagi kelahiran berbagai organisasi perjuangan kemerdekaan
lain.
Tanggal
5 Maret 1942, Jepang masuk dan menguasai Batavia. Nama Batavia kemudian
diganti dengan Jakarta. Indonesia mulai hidup di bawah kekuasaan "saudara
tua" yang ternyata sama kelamnya dengan era kekuasaan kolonial Belanda.
Penjajahan Jepang berakhir pada 17 Agustus 1945, ketika di jalan
Pegangsaan Timur no. 56, Soekarno dan Mohammad Hatta memproklamasikan
kemerdekaan Republik Indonesia. Pasca pembacaan teks proklamasi
tersebut, dimulailah usaha-usaha pengambil-alihan kantor-kantor dan alat
komunikasi yang masih dikuasai tentara Jepang. Gerakan pemuda yang
tergabung dalam Komite Van Aksi dan bermarkas di gedung Menteng 31,
misalnya, berusaha mengambil alih kantor dan alat telekomunikasi,
seperti Kantor Berita Antara, Jawatan Pos, Telepon dan Telegram (PTT),
dan Percetakan uang G. Kolf Co.
Dua
bulan setelah proklamasi kemerdekaan, Jakarta semakin panas. Hal ini
diperparah oleh datangnya sekutu yang didalamnya terdapat tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration). Belanda
berambisi untuk kembali menancapkan kuku kolonialismenya di Indonesia
dan target utamanya tentu Jakarta, karena disinilah para pemimpin
Republik Indonesia berada. Kedatangan sekutu dan NICA disambut dengan
pertempuran yang dikobarkan berbagai laskar di seantero Jakarta. Pada
bulan November 1945, Laskar-laskar tersebut bergabung dalam satu
organisasi bernama Laskar Rakyat Jakarta Raya. Pertempuran meletus
diseluruh wilayah Jakarta, bahkan akhirnya melebar ke kawasan pinggiran.
Keadaan genting ini sangat berbahaya bagi stabilitas pemerintahan RI
yang baru saja terbentuk. Pada tanggal 4 Januari 1946, Ibukota Republik
Indonesia pindah ke Yogyakarta.
Sebagai
bagian dari "aksi militer pertama", Belanda berusaha menguasai Jakarta.
Walikota Jakarta, Soewiryo, yang ketika itu berusaha mempertahankan
Jakarta, ditangkap. Soewiryo ditahan Belanda di gang Chase, kemudian di
pindah ke Tangerang, dan pada tanggal 21 November 1947 di kembalikan
kepada pemerintahan RI di Yoryakarta. Sejak saat itu, Belanda menguasai
Jakarta sepenuhnya.
Belanda terus berusaha untuk menguasai kembali Indonesia, salah satunya adalah dengan melakukan politik pecah belah (devide et impera),
yaitu, dengan mendirikan Republik Indonesia Serikat (RIS). Ketika
Republik Indonesia menjadi negara federal tersebut, Jakarta menjadi
Ibukota negara federal. Kekuasaannya berdiri sendiri di bawah kekuasaan
pemerintah pusat RIS. Namun status ibukota RIS tidak lama, setelah NKRI
berdiri kembali, Jakarta menjadi ibukotanya.
Mulai
tahun 1961, status Jakarta mengalami perubahan dari kotapraja menjadi
Daerah Khusus Ibukota (DKI). Soemarno merupakan gubernur pertama DKI
Jakarta. Perkembangan pesat diberbagai bidang dicapai DKI Jakarta ketika
berada di bawah kepemimpinan Letjen KKO Ali Sadikin (1966-1977). Pria
yang biasa dipanggil bang Ali ini berhasil menghapus citra Jakarta
sebagai "kampung besar" menjadi sebuah kota metropolitan.
SEKIAN DULU POSTINGNYA YA SEMOGA BERMANFAAT DAN BERGUNA
KUNJUNGI SAYA DI
Add FACEBOOK
: Fherry Pramana
Follow di TWITTER
: Fherry_Pramana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar