LAPORAN
LENGKAP PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
PERLINDUNGAN TANAMAN
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat
Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman
Oleh
I WAYAN PERRY PRAMANA
E 281 10 015
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2012
HALAMAN
PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Dasar- Dasar Perlindungan
Tanaman
Tujuan : Untuk Mengetahui Jenis, Gejala Serangan, Pengendalian Hama, Penyakit, dan Nematoda Pada Tanaman
Di Lahan Pertanian
Nama : I WAYAN PERRY PRAMANA
No.Stambuk :
E 281 10 015
Prodi : Agroteknologi
Fakultas : Pertanian
Universitas : Tadulako
Palu, Januari 2012
Mengetahui,
Koordinator Asisten
Hamri
E
281 08 098
|
Asisten Penanggung Jawab
Agung Chairil Annam
E
281 09 060
|
Menyetujui
Koordinator Mata Kuliah
Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman
Prof. Dr. Ir. ALAM ANSHARI
M.Si
NIP : 19581201198031003
KATA
PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan
kehadirat Tuhan
YME atas limpahan rahmat serta karunia-Nya kepada
penyusun sehingga praktikum dan penyusunan laporan ini yang berjudul “ Laporan
lengkap Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman”. Laporan ini merupakan
salah satu syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman dan agar dapat melanjutkan studi yang lebih lanjut lagi. Dalam
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman penyusun memperoleh banyak
pengetahuan tentang jenis-jenis hama, penyakit, jamur, bakteri, virus, serta
nematoda yang menyerang tanaman petani, selain itu juga penyusun dapat
mengetahui gejala serangan, siklus hidup, mekanisme serangan dan
pengendaliannya sehingga sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi
penyusun.
Dalam penyusunan laporan lengkap penyusun menyadari bahwa
laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga dapat dijadikan pedoman agar memperbaiki penyusunan laporan
selanjutnya. Pada
kesempatan ini penyusun menyampaikan bahwa semoga laporan yang penyusun buat ini bisa
jadi panduan dalam melakukan praktikum berikutnya dan semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi kita semua baik sekarang maupun di masa yang akan datang.
Palu, Januari
2012
Penyusun
UCAPAN
TERIMA KASIH
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Lengkap
Praktikum Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman ini tepat pada waktunya, sebagai
salah satu syarat dalam menyelesaikan Mata Kuliah Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman.
Dengan terlaksananya kegitan praktikum Dasar-Dasar Perlindungan
Tanaman, penyusun tak lupa mengucapakan terima kasih kepada para petani yang
berada di Desa Sidera dan daerah Transmigrasi Sidera yang telah bersedia untuk
memberi tanaman mereka yang terserang Hama dan Penyakit serta Nematoda untuk
diambil sebagai bahan praktikum dilaboratorium.
Dengan tersusunnya laporan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu secara material dan spiritual, terutama rekan-rekan peserta praktikum
Dasar-dasar Perlindungan Tanaman dan semua asisten yang telah dengan rela dan
ikhlas untuk meluangkan waktu dan tenaga untuk membantu penyusun dalam
mengikuti praktikum, dan sampai pada penyusunan laporan lengkap ini. Penyusun
juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua Dosen Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan perlindungan tanaman, dan juga para staf pegawai
Perpustakaan Universitas Tadulako dan
staf pegawai Perpustakaan Daerah Sulawesi Tengah yang telah bersedia membantu
menyediakan buku-buku sebagai literatur untuk penyusunan laporan lengkap Dasar-Dasar
Perlindungan Tanaman.
Selain itu dukungan dari berbagai
pihak baik moril maupun materil turut memberikan andil besar dalam penyelesaian
tugas Laporan Lengkap Praktikum Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, sehingga
pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. Bapak Prof. Dr.Ir. H Alam
Anshary, M.Si selaku
Koordinator Mata Kuliah Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
2. Teman-teman
kelompok praktikum yang telah memberikan bantuan, kritik dan saran.
3. Kedua orang
tua kami, yang
memberikan penulis dukungan, bimbingan, doa, kasih sayang, materi. Penyusun tidak dapat membalas apapun, kecuali
hanya memohon kepada TUHAN
YME agar memberikan umur panjang, kesehatan, dan rejeki pada kedua orang
tua ku tang tercinta.
Penulis juga menyadari dalam
penyusunan “Laporan Lengkap Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman” ini masih
jauh dari kesempurnaan baik ditinjau dari segi isi maupun dari penyusunan
kalimat. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat
membangun demi penyempurnaan penyusunan Laporan Lengkap selanjutnya.
Palu, Januari 2012
Penyusun
Penyusun
|
DAFTAR
ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
RINGKASAN
iii
UCAPAN TERIMA KASIH iv KATA PENGANTAR
v
DAFTAR
ISI vii
DAFTAR GAMBAR xvi
PENGENALAN SERANGGA HAMA PADA TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan
dan Kegunaan ........................................................................ 2
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Ordo Orthoptera ................................................................................ 3
2.2 Ordo Hemiptera …………………………………....……………...... 3
2.3 Ordo Coleoptera ……………………………...................................... 5
2.4 Ordo
Lepidoptera ……………………………..………...…….......... 6
2.5 Ordo Hymenoptera
………………………………………....…......... 6
2.6 Ordo Diptera ....................................................................................... 7
2.7
Ordo Odonata ..................................................................................... 8
III. METODE DAN PRAKTEK
3.1 Tempat
dan Waktu ……………………………………...................... 9
3.2 Alat dan Bahan …………………………………………...……........ 9
3.3 Cara Kerja
…………………...…………….......……………............
10
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
……………………………………………………………....…
11
4.2 Pembahasan
……………………………………………………….... 22
V. KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
……………………………………...………………….. 32
5.2 Saran
……………………………………………..……………….....
32
PENGENALAN SERANGGA HAMA PADA TANAMAN PERKEBUNAN DAN HAMA GUDANG
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………........................................................ 33
1.2 Tujuan dan Kegunaan ……………………......................................... 34
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha
cramerella) ……............... 35
2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ............................................................... 35
2.1.2
Daur hidup ..................................................................................... 35
2.1.3 Gejala serangan ..............................................................................
36
2.2
Kepik Penghisap Buah Kakao
(Helopetis antonii) …………….........
36
2.2.1 Klasifikasi dan morfologi .............................................................. 36
2.2.2 Daur hidup .......................................................................................
37
2.2.3 Gejala serangan ................................................................................ 37
2.3 Kumbang
Kelapa (Oryctes rhinoceros) ………….....………............. 37
2.3.1 Klasifikasi dan morfologi ................................................................ 37
2.3.2 Daur hidup ....................................................................................... 38
2.3.3 Gejala serangan ................................................................................ 38
2.4 Larva Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros) ................................... 39
2.4.1 Klasifikasi dan morfologi ................................................................ 39
2.4.2 Daur hidup ....................................................................................... 39
2.4.3 Gejala serangan ................................................................................
39
2.5 Belalang Pedang (Sexava sp.) ....................................................... 40 2.5.1
Klasifikasi dan morfologi 40
2.5.2 Daur hidup .......................................................................................
40
2.5.3 Gejala serangan ................................................................................
40
2.6 Kumbang
Beras (Sitophilus orizae L.) ............................................... 41
2.6.1 Klasifikasi dan morfologi ............................................................... 41
2.6.2 Daur hidup ....................................................................................... 41
2.6.3 Gejala serangan ................................................................................ 42
2.7 Kumbang Tepung (Tribolium sp.) ...................................................... 42
2.7.1 Klasifikasi dan morfologi ............................................................... 42
2.7.2 Daur hidup ....................................................................................... 43
2.7.3 Gejala serangan ................................................................................ 43
2.8 Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays)............................................... 43
2.8.1 Klasifikasi dan morfologi ............................................................... 43
2.8.2 Daur hidup ....................................................................................... 44
2.8.3 Gejala serangan ...............................................................................
44
2.9 Kumbang Kacang Hijau (Callosobruchus
chinensis L.) .................... 45
2.9.1 Klasifikasi dan morfologi ............................................................... 45
2.9.2 Daur hidup ....................................................................................... 45
2.9.3 Gejala serangan ................................................................................ 46
2.10 Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes) .................................................. 46
2.10.1 Klasifikasi dan morfologi ............................................................. 46
2.10.2 Daur hidup ..................................................................................... 47
2.10.3 Gejala serangan .............................................................................. 47
III. METODE
PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu ………………………………………………..... 48
3.2 Alat dan Bahan
…………………………………………………….. 48
3.3 Cara Kerja …………………............................................................... 49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil …………………………………………………………......….. 50
4.2 Pembahasan ……………………………………................................ 58
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
…………………...............…….....…………………..... 68
5.2 Saran
…………………………........................................................... 68
PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN DISEBABKAN OLEH
JAMUR
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 69
1.2 Tujuan dan Kegunaan ......................................................................... 70
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Jamur Collectotrichum capsici ........................................................... 71
2.1.1
Klasifikasi ....................................................................................... 71
2.1.2
Ciri morfologi ................................................................................. 71
2.1.3
Gejala serangan ............................................................................... 71
2.2 Jamur Phytophthora palmivora............................................................ 72
2.1.1
Klasifikasi ....................................................................................... 72
2.1.2
Ciri morfologi ................................................................................. 72
2.1.3
Gejala serangan .............................................................................. 73
2.3 Jamur Fusarium oxysporum ............................................................... 73 2.1.1 Klasifikasi ....................................................................................... 73
2.1.2
Ciri morfologi ................................................................................. 74
2.1.3
Gejala serangan ............................................................................... 75
2.4 Jamur Alternaria porri ........................................................................ 75 2.1.1 Klasifikasi ....................................................................................... 75
2.1.2
Ciri morfologi ................................................................................. 76
2.1.3
Gejala serangan ............................................................................... 76
2.5 Jamur Oncobasidium theobromae....................................................... 77 2.1.1 Klasifikasi ....................................................................................... 77
2.1.2
Ciri morfologi ................................................................................. 77
2.1.3
Gejala serangan ............................................................................... 77
2.6
Pengendalian Secara Umum .............................................................. 78
III. METODE
DAN PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................. 80
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................... 80
3.3 Cara Kerja ........................................................................................... 80
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 81
4.2 Pembahasan ........................................................................................ 84
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 89
5.2 Saran .................................................................................................... 89
PENGENALAN PENYAKIT TANAMAN DISEBABKAN OLEH BAKTERI DAN VIRUS
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang .................................................................................... 90
1.2
Tujuan dan Kegunaan
......................................................................... 91
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Darah pada
Tanaman Pisang (Musa paradisiaca) ............. 92
2.2 Penyakit Layu Bakteri pada Tanaman Tomat (Lycopercicum
esculentum) ................................................................ 93
2.3 Penyakit
Bercak Daun Pada Tanaman Kacang Tanah
(Arachis hypogaea)............................................................................. 95
2.4 Penyakit Tungro Pada Tanaman Padi (Oriza sativa) ......................... 98
III. METODE DAN PRAKTEK
3.1
Tempat dan Waktu
............................................................................. 100
3.2
Alat dan Bahan ................................................................................... 100
3.3
Cara Kerja
........................................................................................... 100
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil .................................................................................................... 101
4.2
Pembahasan
........................................................................................ 104
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan ......................................................................................... 107
5.2
Saran
................................................................................................... 107
PENGENALAN NEMATODA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang ……………………………………............................ 108
1.2
Tujuan dan Kegunaan
……………………......................................... 109
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistematika Nematoda Meloidogyne spp. ........................................... 110
2.2 Siklus Hidup Nematoda Meloidogyne spp. ........................................ 110
2.3 Morfologi dan Cara Menginfeksi Tanaman ....................................... 111
2.4 Teknik Ekstraksi Nematoda ................................................................ 112
2.5 Pengendalian Nematoda Meloidogyne spp. ........................................ 113
III. METODE DAN PRAKTEK
3.1 Tempat dan Waktu …………………………………………………. 114
3.2 Alat dan
Bahan ……………………………………………………... 114
3.3 Cara
Kerja …………………………………………………………... 114
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ……………………………………………………………….... 116
4.2 Pembahasan …………………………………………..…………...... 118
4.2.1 Nematoda Meloydogyne spp. pada tanaman tomat ........................ 118
4.2.2 Nematoda Meloydogyne spp. pada tanaman seledri ........................ 119
4.2.3 Perbedaan Nematoda Meloidogyne
spp. jantan dan betina ............. 120
4.2.4 Teknik ekstraksi nematoda
.............................................................. 121
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan …………………………………………………...……… 122
5.2 Saran
……………………………………………………………...….. 122
DAFTAR
PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA
PENULIS
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Morfologi Belalang (Valanga nigricornis)….................................................. 11
2. Gejala Serangan Belalang (Valanga
nigricorns) pada Tanaman Jagung (Zea mays)………………………………………….............................…............. 11
3. Morfologi Kepik Hijau (Nezara viridula) ………………….................…..... 12
4. Gejala Serangan Kepik Hijau
(Nezara viridula) pada Tanaman
Padi (Oryza sativa) …………………………………………….................... 12
5. Morfologi Walang Sangit (Leptocoryza acuta) .............................................. 13
6. Gejala Serangan Walang
Sangit pada Tanaman Padi (Oryza sativa).............. 13
7. Morfologi
Penggerek Tongkol Jagung (Heliothis armigera) ......................... 14
8. Gejala Serangan Hama Penggerek Tongkol Jagung (Heliothis
armigera) pada Tanaman Jagung (Zea mays).......................................................................................................... 14
9. Morfologi
Ulat Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis), .................. 14
10. Gejala Serangan Hama Penggerek Batang
Jagung (Ostrinia
furnacalis) pada Tanaman Jagung (Zea mays) ...................................................................................... 15
11 Morfologi Ulat Penggerek Batang Padi Putih (Triporiza
inotata) .............. 15
12 Gejala Serangan Ulat Penggerek
Batang Padi Putih (Tryporiza inotata)
pada Tanaman Padi (Oryza sativa) ................................................................ 15
13. Morfologi Penggerek Wereng
Coklat (Nilaporvata lugens) .......................... 16
14. Gejala Serangan Wereng Coklat pada
Tanaman Padi (Nilaparvata lugens)... 16
15. Morfologi Kumbang Helm (Conccinelle
arcuta)............................................ 17
16. Morfologi Capung (Isehnura cenula) ……………………………................. 17
17. Morfologi Ulat Tentara
(Spodoptera litura)
................................................. 17
18. Gejala Serangan Ulat Tentara (Spodoptera litura) pada Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) …………………..................................................................................... ..... 18
19. Morfologi
Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera
exigua) ..................... 18
20. Gejala Serangan Ulat Daun
Bawang Merah (Spodoptera exigua)
pada Tanaman Bawang Merah (Allium ceppa)
.........................................
18
21. Morfologi Ulat Daun
Kubis (Plutella xylostella)........................................ 19
22. Gejala Serangan Ulat Daun
Kubis (Plutella xylostella) pada Daun
Kubis
(Brosica
aleracea) ...................................................................................... 19
23. Morfologi Larva Lalat Buah (Dacus
sp.) .................................................. 19
24. Gejala Serangan Larva Lalat
Buah (Dacus sp.) pada Tanaman
Cabai Keriting (Capsicum annum) …........................................................ 20
25. Morfologi Ulat Buah Tomat ( Helicoverpa
armigera) .............................. 20
26. Gejala Serangan Ulat Buah Tomat (Helicoverpa annun) pada
Buah Tomat (Lycopersicum esculentum)
................................................... 20
27. Morfologi Kutu Putih (Pseudoccocus
sp.) pada Daun Mangga
(Mangifera indica)
...................................................................................... 20
28. Gejala Serangan Kutu Putih (Pseudoccocus
sp.) pada Daun Mangga
(Mangifera indica)……………………………………………...………... 21
29. Morfologi
Kutu Putih (Apysh gossypii) pada Daun
Cabai Keriting (Capsicum annun) ………………….......................................................... 21
30. Gejala Serangan
Kutu Putih (Aphys gossypii) pada Daun
Cabai Keriting (Capsicum annun) …………………......................................................................................... 21
31. Morfologi Penggerek Buah
Kakao (Conopomorpa cramerella)................. 50
32. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpa
cramerella)
pada Buah Kakao (Theobroma Kakao) …………………......................... 50
33. Morfologi
Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis
sp.) ………………... 51
34. Gejala Serangan Kepik Pengisap Buah Kakao (Helopeltis sp.) pada
Tanaman Kakao (Theobroma Cacao) ........................................................
51
35. Morfologi Kumbang Kelapa (Oryctes
rhynoceros) ................................... 52
36. Gejala Serangan Kumbang
Kelapa (Oryctes rhynoceros) pada Daun
Tanaman Kelapa (Cocos nucifera)
......................................................... 52
37. Morfologi Larva Kumbang
Kelapa (Oryctes rhynoceros) ........................ 53
38. Morfologi Belalang Pedang (Sexava
sp.) …………………...........……... 53
39. Gejala Serangan Belalang Pedang (Sexava sp.) pada Daun Tanaman Kelapa (Cocos nucifera) ………………………................................................… 53
40. Morfologi Kumbang Beras (Sitophilus oryzae)......................................... 54
41. Gejala Serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada Beras (Oriza sativa)
............................................................................................. 54
42. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium
sp.)
........................................... 55
43. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) ………………...…… 55
44. Gejala Serangan Kumbang
Jagung (Sitophilus zeamays) pada Jagung
(Zea mays) ................................................................................................. 56
45. Morfologi Kumbang Kacang
Hijau (Callocobruchus chinensis) ............. 56
46. Gejala Serangan Kumbang
Kacang Hijau (Callocobruchus chinensis) pada
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus) ........................................................... 56
47. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) ........................................ 57
48. Gejala Serangan Kumbang Kopra (Necrobia
rufipes) pada
Kopra (Cocos
nucifera) ........................................................................................ 57
49. Morfologi Cabai (Capsicum annum) yang Diduga Terserang
jamur
(Colltotrichum
capsici) .............................................................................. 81
50. Morfologi Kakao (Theobroma cacao)
yang Diduga Terserang jamur
(Phytopthora
palmivora)
........................................................................... 81
51. Morfologi Tomat (Lycopersicum esculentum) yang Diduga Terserang
(Fusarium oxysporum) ………………………………………………..… 82
52. Morfologi Tanaman Pisang (Musa paradisiaca) yang Diduga Terserang
(Fusarium oxyporum)
.............................................................................. 82
53. Morfologi Tanaman Kakao (Theobroma cacao) yang Diduga Terserang
(Oncobasidium
theobromae)
..................................................................... 83
54. Tanaman Bawang Yang Diduga Terserang
Bercak Ungu Akibat Serangan
Jamur (Alternaria
porri)
............................................................................ 83
55. Morfologi Buah
Pisang (Musa paradisiaca)
yang Terserang Blood
Diasease Bacterium .................................................................................. 101
56. Morfologi Batang
Pisang (Musa paradisiaca.) yang Terserang Blood
Disease Bacterium
..................................................................................... 101
57.
Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum) yang
Terserang Penyakit Layu Bakteri Pseduemonas solanacearum
................................ 102
58.
Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea) yang Diduga
...... Terserang PStV (Peanut Stripe Virus)........................................................... 102
59. Morfologi Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogea)
yang Diduga
...... Terserang PMoV (Peanut Mottle Virus)....................................................... 103
60. Morfologi Tanaman Padi (Oriza sativa) yang Diduga Terserang Virus
Tungro........................................................................................................... 103
61. Morfologi Tanaman Tomat (Lycopersicum
esculentum) yang Diduga
Terserang Nematoda Meloidogyne spp., ……………………………….... 116
62.
Morfologi Tanaman seledri (Aphium
graveolensi L.) yang Diduga
Terserang Nematoda Meloidogyne spp ...................................................... 116
63.
Morfologi Nematoda Melidogyne
spp. Jantan yang
Diamati Dibawah Mikroskop dengan Perbesaran 10X ......................................................... 117
64. Morfologi Nematoda Melidogyne spp. Betina yang Diamati Dibawah Mikroskop
dengan Perbesaran 10X ........................................................ 117
1. PENGENALAN SERANGGA HAMA PADA TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia untuk
melanjutkan kehidupannya di muka bumi. Sebagai salah satu kebutuhan primer
manusia disamping sandang dan papan, kebutuhan akan pangan menjadi penting
untuk diperhatikan. Pada jaman dahulu manusia memenuhi kebutuhannya akan pangan
dari berburu hewan dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Peradaban yang
semakin maju dan berkembang menjadikan kegiatan berburu dan mengumpulkan bahan
makanan berubah menjadi kegiatan bercocok tanam atau budidaya. Kebutuhan pangan
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menuntut diterapkannya teknik
budidaya tanaman pangan yang tepat dan benar, karena dengan teknik budidaya
yang tepat dan benar diharapkan hasil tanaman pangan akan meningkat seiring
dengan kebutuhan masyarakat (Suwono, 2007).
Tanaman
pangan merupakan tanaman yang semusim, yang mempunyai jangka waktu panen antara
3 bulan atau lebih sesuai dengan jenis tanaman yang
ditanami dan memberikan nilai ekonomi
yang baik bagi petani. Tetapi tanaman
pangan juga membawa dampak yang merugikan petani, karena jangka waktu menanam
yang tidak serempak (Suwono,
2007).
Sedangkan, tanaman hortikultura
adalah jenis tanaman yang dinilai baik bagi para petani untuk dibudidayakan. Selain karena sesuai dengan lahan pertanian
dan menjadi komoditas yang banyak tersebar diberbagai wilayah (Andi, 2010).
Hama
merupakan semua serangga maupun binatang yang aktifitasnya menimbulkan
kerusakan pada tanaman sehingga mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman menjadi terganggu dan berdampak pada kerugian secara ekonomis.
Serangga
terbagi dalam beberapa ordo sesuai dengan ciri khas masing-masing, diantaranya
berdasarkan tipe mulut yang terbagi atas tipe mulut menggigit, mengunyah, menjilat,
menusuk, mengisap, menggerek (rioardi, 2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum pengenalan serangga hama
pada tanaman pangan dan hultikultura adalah untuk mengetahui jenis-jenis
serangga hama yang menyerang pada tanaman pangan dan holtikultura.
Kegunaan dari praktikum tentang pengenalan
serangga hama pada tanaman pangan dan
hultikultura yaitu dengan mengenal morfologi dan gejala serangannya kita dapat
menentukan pengendalian yang baik untuk mengendalikan hama yang menyerang pada
tanaman pangan dan holtikultura
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Ordo Orthoptera
Metamorfose
sederhana (Paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur -
nimfa - dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk
dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Beberapa jenis serangga anggota ordo
Orthoptera ini adalah : Kecoa (Periplaneta
sp.), Belalang sembah/mantis (Otomantis sp.), Belalang kayu (Valanga
nigricornis) (Wawan J, 2009).
Pada waktu
istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat tambahan lain pada caput antara
lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata
sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada
thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat
pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar
terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia
luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen) (Wawan J, 2009).
2.2
Ordo Hemiptera
Metamorfose
bertipe sederhana (Paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia :
telur - nimfa - dewasa. Bentuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan
ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya.
Beberapa contoh
serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah : Walang sangit (Leptocorixa
acuta), Kepik hijau (Nezara viridula L), Bapak pucung (Dysdercus
cingulatus F) (Campbell, 2007).
Menurut
Sudarmo (2007), Secara umum morfologinya tersusun atas caput tungkai
depan, sayap depan, sayap belakang tungkai belakang, abdomen, toraks, dan
antena. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras, tebal, dan tanpa vena.
Sayap belakang membraneus dan terlipat di bawah sayap depan saat serangga
istirahat. Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang
dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat
mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
Umumnya
memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap
depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus.
Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit
lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang
antene, mata facet dan occeli (Campbell,
2007).
Tipe
alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi
dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum
tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut
beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua
saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah.
2.3 Ordo Coleoptera
Metamorfose bertipe sempurna (holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia : telur - larva - kepompong (pupa) - dewasa
(imago). Larva umumnya memiliki kaki thoracal (tipe oligopoda), namun ada
beberapa yang tidak berkaki (apoda). Kepompong tidak memerlukan pakan dari luar
(istirahat) dan bertipe bebas/libera. Beberapa contoh anggotanya adalah :
Kumbang badak (Oryctes rhinoceros),
Kumbang janur kelapa (Brontispa
longissima Gestr), Kumbang buas (Coccinella)
(Wawan J, 2009)
Siklus
hidup dimulai dari telur yang diletakkan oleh kumbang betina pada bagian-bagian
batang tanaman yang sudah lapuk, kemudian telur tersebut berubah menjadi larva
yang mengalami tingkatan - tingkatan setelah
menjadi larva kemudian larva menjadi imago dan dari mago kemudian menjadi
kumbang dewasa dan kumbang akan terbang dan menyerang tanaman kelapa (Wawan
J, 2009).
Anggota-anggotanya ada yang bertindak sebagai hama
tanaman, namun ada juga yang bertindak sebagai predator (pemangsa) bagi
serangga lain. Sayap terdiri dari dua pasang. Sayap depan mengeras dan menebal
serta tidak memiliki vena sayap dan disebut elytra. Apabila istirahat, elytra
seolah-olah terbagi menjadi dua (terbelah tepat di tengah-tengah bagian
dorsal). Sayap belakang membranus dan jika sedang istirahat melipat di bawah
sayap depan (Wawan J, 2009).
Alat mulut bertipe penggigit-pengunyah, umumnya mandibula
berkembang dengan baik. Pada beberapa jenis, khususnya dari suku Curculionidae
alat mulutnya terbentuk pada moncong yang terbentuk di depan kepala.
2.4 Ordo Lepidoptera
Menurut Admin (2008) Spodoptera
exigua termasuk Ordo Lepidoptera, famili Noctuidae. Memiliki telur
berkelompok hingga 400 butir dan ditutup dengan lapisan lilin berwarna cokelat
keabu-abuan. Setiap imago betina mampu produksi telur hingga 1500 butir. Larva berwarna hijau dengan garis putih di
sepanjang tubuhnya. Semakin dewasa garis berubah menjadi cokelat kehitaman.
Pupa berwarna cokelat kehitaman dan berada didalam tanah. Perkembangan telur hingga menjadi ngengat
selama satu bulan.
Sayap terdiri
dari dua pasang, membranus dan tertutup oleh sisik-sisik yang berwarna-warni.
Pada kepala dijumpai adanya alat mulut seranga bertipe pengisap, sedang
larvanya memiliki tipe penggigit. Pada serangga dewasa, alat mulut berupa
tabung yang disebut proboscis, palpus maxillaris dan mandibula biasanya
mereduksi, tetapi palpus labialis berkembang sempurna (Campbell, 2007).
2.5. Ordo Hymenoptera
Metamorfose sempurna (Holometabola) yang melalui stadia :
telur - larva - kepompong - dewasa. Anggota famili Braconidae, Chalcididae,
Ichnemonidae, Trichogrammatidae dikenal sebagai tabuhan parasit penting pada
hama tanaman. Beberapa contoh anggotanya antara lain adalah : Parasit Telur
Penggerek Tebu/Padi (Trichogramma
sp.), Tabuhan Parasit Ulat Artona (Apanteles
artonae), Parasit Kumbang Brontispa (Tetratichus
brontispae Ferr.) (Wawan J, 2009).
Ordo Heminoptera meliputi semut dan lebah. Ciri
morfologi ordo hymenoptera adalah Sayap depan umumnya lebih besar dari pada
sayap belakang dan pada kepala dijumpai adanya antena (sepasang), mata facet
dan occelli. Beberapa jenis ruas pertama
abdomennya sempit dan memanjang. Jenis
betina ada yang mempunyai ovipositor panjang, kadang-kadang lebih panjang dari
tubuhnya, ada yang ovipositornya mengalami modifikasi menjadi alat
penyengat. Serangga ini memiliki tipe
mulut penggigit atau penggigit-pengisap yang dilengkapi flabellum sebagai
pengisapnya lebah. Siklus hidup dari ordo hymenoptera adalah paurometabola yakni telur-nimva-imago contoh
lebah. Kebanyakan dari anggotanya bertindak sebagai predator/parasitoid pada
serangga lain dan sebagian yang lain sebagai penyerbuk (Wawan J, 2009).
2.6. Ordo Diptera
Metamorfosenya sempurna (Holometabola) yang
perkembangannya melalui stadia telur - larva - kepompong - dewasa. Larva tidak
berkaki (apoda biasanya hidup di sampah atau sebagai pemakan daging, namun ada pula
yang bertindak sebagai hama, parasitoid dan predator. Pupa bertipe coartacta (Wawan J, 2009).
Serangga dewasa hanya memiliki satu pasang sayap di
depan, sedang sayap belakang mereduksi menjadi alat keseimbangan berbentuk gada
dan disebut halter. Pada kepalanya juga dijumpai adanya antene dan mata facet.
Tipe alat mulut bervariasi, tergantung sub ordonya, tetapi umumnya memiliki
tipe penjilat-pengisap, pengisap, atau pencucuk pengisap (Wawan J, 2009).
Pada tipe penjilat pengisap alat mulutnya terdiri dari
tiga bagian yaitu : bagian pangkal yang berbentuk kerucut disebut rostum,
bagian tengah yang, berbentuk silindris disebut haustellum, bagian ujung yang
berupa spon disebut labellum atau oral disc.
2.7 Ordo Odonata
Metamorfose tidak sempurna (Hemimetabola), pada stadium
larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Metamorfose
tidak sempurna (Hemimetabola), telur – ninfa -
imago. setelah telur
menetas dalam waktu 1-2 minggu, kehidupan larva sebagai nimfa
(nymphs, atau naiads) pun dimulai. Ketika nimfa sudah benar-benar berkembang,
dan kondisi lingkungan/cuaca mendukung, ia akan menyelesaikan tahap
metamorfosisnya menjadi dengan merayap keluar dari air pada
ranting tanaman. pada stadium larva dijumpai adanya alat tambahan berupa insang
dan hidup di dalam air (Wawan J, 2009).
Ordo
Odonata memiliki tipe mulut pengunyah. Umumnya Ordo ini termasuk karnivora yang
memakan serangga kecil dan sebagian bersifat kanibal atau suka memakan sejenis.
Habitatnya adalah di dekat perairan. Biasanya ditemukan di sekitar air terjun,
di sekitar danau, dan pada daerah bebatuan. (Wawan J, 2009).
III. METODE PRAKTEK
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang Pengenalan Serangga Hama Pada Tanaman
Pangan Dan Holtikultura
dilakukan dilaboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Tadulako, pada hari Kamis tanggal 24 November 2011 pukul 14.00 –
17.30 WITA sampai selesai.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang pengenalan serangga hama pada tanaman
pangan dan hultikultura yaitu alat tulis menulis, papan bedah, jarum pentul,
dan gelas aqua dan buku gambar.
Bahan yang digunakan dalam Praktikum
Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman tentang
Pengenalan Serangga Pada Tanaman Pangan Dan Holtikultura yaitu Belalang Kayu (Valanga nigricornis) dan gejala serangannya, Kepik Hijau (Nezara viridula) dan gejala serangannya,
Walang Sangit (Leptocorixa acuta) dan
gejala serangannya, Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera)
dan gejala serangannya,
Penggerek Batang Jagung (Ostrinia
furnacalis) dan gejala serangannya, Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata) dan gejala serangannya, Wereng Coklat (Nilaparvata lugens) dan gejala serangannya, Kumbang Helm (Coccinella arcuta), Capung (Isenura
cervula S), Ulat Tentara/Ulat Grayak
(Spodoptera litura) dan gejala serangannya, Ulat
Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua),
Ulat Daun Kubis (Plutella xylostela) dan gejala serangannya,
Larva Lalat Buah (Dacus sp) dan gejala serangannya,
Ulat
Pada Buah Tomat (Helicoverva armigera) dan gejala
serangannya,
Kutu Putih pada Daun Mangga (Pseudocuccus. sp) dan gejala
serangannya, Kutu Putih pada Cabai Keriting (Aphys gossypii) dan gejala serangannya.
3.3 Cara Kerja
Terlebih
dahulu mengambil serangga yang telah dibawa kemudian memasukkan dalam gelas
aqua yang berisi alcohol, setelah
serangga mati meletakkannya di atas papan bedah, dan mengamati morfologinya,
kemudian menggambarkannya di buku gambar setelah menggambarkan morfologinya mengambil
dan mengamati
gejala serangan yang terjadi pada tanaman yang terserang serta mengambarkannya
dalam buku gambar. Mengulangi cara yang sama pada jenis serangga yang berbeda.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Berdasarkan pada
praktikum Pengenalan Serangga Hama pada tanaman
pangan dan hultikultura maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Keterangan :
1. Caput
2. Thorax
3. Abdomen
4. Antena
5. Tungkai depan
6.
Tungkai
tengah
7. Tungkai belakang
|
Gambar 1.
Morfologi Belalang (Valanga
nigricornis).
Keterangan :
Pada
daun jagung tambak bergerigi di pinggir
akibat gigitan belalang
|
Gambar 2. Gejala
serangan Belalang
Kayu (Valanga nigricornis) pada Tanaman Jagung (Zea mays)
Keterangan :
1. Antena
2. Caput
3. Tungkai
depan
4. Tungkai tengah
5. Tungkai
belakang
6. Mata
7. Abdomen
|
Gambar 3. Morfologi Kepik
Hijau (Nezara viridula)
Keterangan :
Pada
daun Padi tampak hitam
|
Gambar 4. Gejala
serangan kepik hijau (Nezara
viridula) pada Tanaman Padi (Oriza
sativa)
Keterangan :
1.
Caput
2.
Tungkai depan
3.
Tungkai
tengah
4.
Tungkai belakang
5.
Thorax
6.
Abdomen
|
Gambar 5.
Morfologi Walang Sangit (Leptocorixa acuta)
Keterangan :
Pada
bulir padi tampak hitam dan membusuk
|
Gambar 6. Gejala serangan Walang Sangit (Leptocorixa acuta) pada Tanaman Padi (Oriza sativa)
Keterangan :
1.
Kepala
2.
Kaki
3.
Abdomen
|
Gambar 7. Morfologi Ulat Penggerek
Tongkol Jagung (Helicoverpa
armigera)
Keterangan :
Pada
tongkol tampak lubang
lubang
|
Gambar 8. Gejala
serangan Ulat Pengerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera) pada Tanaman
Jagung (Zea mays)
Keterangan :
1.
Kepala
2.
Kaki
3.
Abdomen
|
Gambar 9. Morfologi
Ulat Penggerek Batang Jagung (Ostrinia
furnacalis)
Keterangan :
Pada
batang tampak lubang
|
Gambar 10. Gejala serangan Penggerek Batang
Jagung (Ostrinia
furnacalis) pada Tanaman
Jagung (Zea mays)
Keterangan :
1.
Caput
2.
Kaki
3.
abdomen
|
Gambar 11. Morfologi Ulat Pengerek
Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata)
Keterangan :
Pada batang tampak berlubang
|
Gambar 12.Gejala
serangan Penggerek Batang Padi Putih (Scirpophaga innotata) pada Tanaman Padi
(Oriza sativa)
Keterangan :
1.
Caput
2.
Mata
3.
Tungkai depan
4.
Tungkai
tengah
5.
Tungkai
belakang
6.
Abdomen
|
Gambar 13. Morfologi Wereng
Coklat (Nilaparvata lugens)
Keterangan :
1. Kepala
2. Mata
3. Tungkai depan
4. Tungkai tengah
5. Tungkai belakang
6. Abdomen
|
Gambar 14. Gejala serangan Wereng Coklat pada Tanaman Padi (Nilaparvata lugens)
Keterangan :
1.
Kepala
2.
Antena
3.
Mata
4.
Tungkai depan
5.
Tungkai
tengah
6.
Tungkai
belakang
7.
Abdomen
|
Gambar 15. Morfologi Kumbang
Helm (Coccinella arcuta)
Keterangan :
1.
Caput
2.
Mata
3.
Sayap
4.
Kaki
5.
Abdomen
|
Gambar 16. Morfologi
Capung (Isenura cervula S)
Keterangan
:
1. Kepala (Caput)
2. Perut (Abdomen)
3. Kaki
|
Gambar 17.
Morfologi Ulat Tentara (Spodoptera litura).
Keterangan :
Pada daunnya terdapat
lubang-lubang yang tidak beraturan.
Buahnya layu
|
Gambar
18. Gejala Serangan Ulat
Tentara (Spodoptera litura) pada Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus)
Keterangan
:
1.
Kepala
2.
Kaki
3.
Abdomen
|
Gambar 19.
Morfologi Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera exigua).
Keterangan
:
Terdapat lubang-lubang yang tidak
beraturan.
Didalam daun terdapat kotoran
hama
|
Gambar 20.Gejala
Serangan Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera
exigua) Pada
Daun bawang (Allium
ascolonicum).
Keterangan :
1.
Caput (Kepala)
2.
Kaki
3.
Abdomen
|
Gambar 21. Morfologi Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella).
Keterangan :
Pada daun terdapat lubang-lubang yang
tidak teratur
Disekitar daun terdapat bercak kotoran
Di ujung-ujung
daun terlihat gerekan bekas hama
|
Gambar 22.Gejala Serangan Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella) Pada Tanamana
Kubis (Brosica oleracea).
keterangan
:
1.
Caput
2.
Abdomen
3.
thoraks
4.
Tungkai
|
Gambar 23. Morfologi
Penggerek larva lalat buah (Dacus . sp)
Keterangan :
Pada buah yang terserang berwarna hitam dan membusuk.
|
Gambar 24. Gejala
Serangan larva lalat Buah (Dacus sp.) pada
tanaman Cabai Keriting (Capsicum annum)
Keterangan
:
1.
kepala
2.
Kaki
3.
Abdomen
Gambar 25. Morfologi
Ulat Buah Tomat ( Helicoverpa armigera)
Keterangan :
Buah tomat yang terserang menjadi busuk
Gambar 26.Gejala
Serangan Ulat Buah Tomat (Helicoverpa
annun)
pada buah Tomat
(Lycopersicum
esculentum)
Keterangan :
1. Caput
2. Abdomen
3.
Tungkai
Gambar 27 Morfologi
kutu putih (Pseudococus sp)
Keterangan :
Pada
daun mangga tampak keriput
Gambar 28. Gejala serangan kutu
putih (Pseudococus
sp)
pada daun Mangga (Mangifera indica)
Keterangan :
1. Caput
2. Abdomen
3. Tungkai
Gambar
29 Morfologi Kutu Putih (Apysh gossypii)
Keterangan
:
Pada daun cabai tampak keriput
|
Gambar
30 Gejala serangan kutu putih ( Aphys
gossypii) pada daun cabai keriting
(Capsicum annun)
4.2 Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap Belalang
(Valanga nigricornis) memiliki morfologi,
berwarna kecoklatan, memiliki sepasang antenna, 2 buah mata majemuk. Memiliki 2
pasang sayap dimana sayap depan lebih sempit disbanding sayap belakang, 3
pasang kaki dimana memiliki kaki belakang yang besar.
Anggota
dari ordo ini umumnya memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit
daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina.
Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu
istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan. Alat-alat
tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang
antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga
pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat
suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum (Rioardi, 2009).
Pada pengamatan gejala serangan belalang (Valanga nigricornis) pada daun padi terdapat gigitan yang menyebabkan daun
menjadi daun menjadi rusak dan bentuknya tidak beraturan.
Tipe mulut belalang kayu
penggigit dan pengunyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang
mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus
maxillarisntuya dan labium dengan palpus labialisnya sehingga belalang kayu
akan merusak tanaman dari pinggir (Rioardi,
2009).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap kepik
hijau (Nezara viridula) diperoleh morfologi memiliki sepasang sungut yang
beruas ruas. memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak
bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal. Bentuk tubuh pipih,
memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat membungkuk ke bawah.
Umumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada
yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada
bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang
membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala
dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli, mempunyai alat mulut
menusuk dan meghisap yang muncul dari depan kepala dan dinamakan stylet (Rioardi,
2009).
Berdasarkan pengamatan gejala serangan kepik hijau (Nezara viridula) pada tanaman padi (Oryza sativa), kepik hijau (Nezara
viridula) membuat tanaman padi yang diserangnya mengakibatkan bulir-bulir
padi menjadi hampa atau kosong.
Serangan kepik hijau (Nezara
viridula) yang menyerang tanaman padi pada saat penggilingan menjadikan
hasil panen yang menurun, hal ini otomatis menyebabkan kerugian materil karna
hasl yang didapat tidak sesuai dengan jumlah bulir-bulir padi (Angga, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan dari walang sangit (Leptocorixa
acuta). Tersusun
atas caput tungkai depan, sayap depan, sayap belakang tungkai belakang, abdomen,
toraks, dan antena. Serangga ini memiliki sayap depan yang keras,tebal,dan
tanpa vena.
Menurut
Sudarmo (2009), Ordo Coleoptera yakni Walang Sangit (Leptocorixa acuta).
Secara umum morfologinya tersusun atas caput tungkai depan, sayap depan, sayap
belakang tungkai belakang, abdomen, toraks, dan antena. Serangga ini memiliki
sayap depan yang keras,tebal,dan tanpa vena. Sayap belakang membraneus dan
terlipat di bawah sayap depan saat serangga istirahat. Alat mulut bertipe
penggigit-pengunyah, umumnya mandibula berkembang dengan baik. Pada beberapa
jenis, khususnya dari suku Curculionidae alat mulutnya terbentuk pada moncong
yang terbentuk di depan kepala.
Berdasarkan pengamatan gejala
serangan Walang Sangit (Leptocorixa acuta). Diperoleh
pada bulir padi tampak becak bercak hitam/kecoklatan.
Serangan walang sangit Walang
Sangit (Leptocorixa acuta) tidak sampai menghampakan padi, tetapi
menghasilkan padi berkualitas jelek (goresan - goresan membujur pada kulit
gabah dan pecah apabila dilakukan penggilingan/penumbukan). Pembasmian hama dilakukan
menggunakan insektisida sesuai aturan (Oka, 2009).
Berdasarkan
pengamatan morfologi Ulat Penggerek Tongkol
Jagung (Heliotthis armigera)
di peroleh morfologinya terdiri dari kepala, kaki, abdomen dan berwarna coklat
muda.
Berdasarkan
pangamatan gejala serangan dari Ulat
Penggerek Tongkol Jagung (Heliotthis armigera) diperoleh tongkol yang terserang berlubang lubang dan jagung menjadi kuning,
Berdasarkan pengamatan morfologi Ulat Penggerek Batang Jagung
(Ostrinia furnacalis) didapatkan
bahwa morfologi penggerek batang jagung terdiri dari kepala, kaki, dan
abdomen.
Berdasarkan pengamatan gejala
serangan Ulat Penggerek
Batang Jagung (Ostrinia furnacalis) diperoleh pada batang jagung yang
terserang berlubang-lubang dan batang menjadi layu.
Pengerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) merupakan hama utama jagung di Asia. Di lapang,
imago mulai meletakkan telur pada tanaman yang berumur dua minggu. Puncak
peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan bunga jantan. sampai keluarnya
bunga jantan. Serangga betina lebih suka meletakkan telur di bawah permukaan
daun, terutama pada daun ke-5 sampai daun ke-9. Jumlah telur yang diletakkan tiap
kelompok beragam, berkisar antara 30-50 butir atau bahkan (Rioardi, 2009).
Berdasarkan
pengamatan morfologi Ulat Penggerek
Batang Padi Putih (Tryporyza innotata) diperoleh
morfologinya berwarna
keputih abu abuan, terdiri dari kepala, kaki, kaki semu, dan badan.
Berdasarkan
pengamatan gejala serangan Ulat Penggerek
Batang Padi Putih (Tryporyza innotata)
di peroleh padi yang terserang berlubang dan bulir padi semuanya berwarna
putih.
Ulat Penggerek Batang
Padi Putih (Tryporyza innotata) ulatnya
ke abu abuan dengan panjang badan berukuran 2,1 mm telurnya di letakkan pada
ujung daun, telur telur akan memetas pada umur 6-8 hari. Ulat yang baru saja
memetas sudah mulai menyerang ke dalam
jaringan padi. Dan mengakibatakan tanaman oadi menjadi layu dan kering berwarna
putih (Rioardi, 2009).
Berdasarkan
pengamatan morfologi Wereng Coklat (Nilaparvata
lugens) bahwa morfologi Wereng Coklat (Nilaparvata
lugens) coklat terdiri dari caput,
mulut tipe penghisap, dua pasang sayap yang sama, tiga pasang kaki, thorax,mata
abdomen dan berwarna kecoklatan.
Berdasarkan
pengamatan gejala serangan pada Wereng Coklat (Nilaparvata
lugens) di peroleh badan
daun padi terdapat banyak cairan cairan
yang terdapat didaunnya.
Wereng
Coklat (Nilaparvata lugens) tubuhnya
berwarna coklat terdapat garis yang
samar samar pada punggung, ciri-ciri morfologinya wereng coklat dewasa terdapat tiga pasang kaki, dua pasang sayap
memiliki mata, dan abdomen. Wereng coklat hidup pada daerah daerah yang lembab
telur telurnya banyak di letakkan di tulang tulang padi. Ciri ciri padi yang
tererang wereng coklat (Nilaparvata
lugens) adalah tanaman kerdil, populasi anakan memurun (Rioardi, 2009).
Berdasarkan
hasil pengamatan pada Kumbang Helm (Cocinae
arcuta), yakni tergolong pada ordo Coleoptera. Diperoleh
morfologinya yaitu pada bagian kepala (Caput)
terdapat mulut berupa penggigit dan sepasang mata sedangkan pada bagian perut (Abdome n)
terdapat sepasang tungkai depan, sepasang tungkai tengah dan sepasang tungkai
belakan, sehingga keseluruhan memiliki tiga pasang kaki. Serangga ini juga memiliki dua pasang saya,
yang mana sayap depannya mengeras dan menebal sedangkan pada bagian dalamnya
tipis. Serangga ini juga memiliki
ovipositor.
Berdasarkan pengamatan pada Morfologi
Capung (Ishenura cerfulla), Kepala
(Caput), Mata, Mulut, Sayap depan, Sayap belakang, Tungkai depan, Tungkai
tengah, Tungkai belakang, Ovipositor. Hewan ini termasuk dalam ordo Odonata
yang bentuk tubuhnya panjang dan ramping, sayap memanjangn sayap depan dan
belakang hampir sama dengan bentuk dan ukuran. Serangga ini merupakan
jenis predator karena memakan serangga-serangga kecil termasuk serangga hama. (Rioardi, 2009).
Capung (Ishenura cerfulla) memiliki mulut,
caput, thorax, abdomen, sayap dan ekor. Sesuai dengan pernyataan yang
menyatakan bahwa hama ini termasuk dalam ordo Odonata yang memiliki ciri-ciri
yaitu mempunyai tubuh yang panjang dan memiliki bulu roma disekitar kaki,
memiliki mulut, caput, thorax, abdomen, dan sayap yang lebar dan kuat. (Rioardi, 2009).
Berdasarkan
hasil pengamatan pada praktikum morfologi Ulat Tentara (Spodoptera litura) terdapat mata, antena, mulut yang termasuk
dalam bagian kepala (caput), dada (thorax) yang terdiri dari tiga bagian,
dimana pada setiap segmen terdapat kaki (tungkai)
sejati. Perut (abdomen), pada bagian perut terdapat 4 pasang kaki semu.
Berdasarkan pengamatan gejala Ulat Tentara (Spodoptera litura) menyebabkan daun
menjadi berlubang ditepi daunnya dan juga menyebabkan bulir-bulir padi (Oriza sativa) menjadi bercak-bercak
hitam.
Ulat Tentara (Spodoptera litura) termasuk ordo lepidoptera karena larva dapat
merusak bagian atas tanaman pada malam hari dan cuaca yang barawan. Larva mulai makan dari tepi daun sampai hanya
meninggalkan tulang daun dan batang.
Larva sangat rakus dan serangan terjadi pada semua fase tumbuh tanaman
padi, mulai dari pembibitan, khususnya pembibitan kering, sampai fase
pengisapan. (Rioardi, 2009).
Berdasarkan pengamatan terhadap morfologi
Ulat Daun Pada Bawang Merah (Spodoptera
exigua) terdiri atas caput, thorax, abdomen, mata, mulut, tungkai thorax,
dan tungkai semu. Ulat Daun Pada Bawang
Merah (Spodoptera
exigua) merupakan ordo Lepidoptera, larva merupakan pemakan tumbuh-tumbuhan
dan menjadi hama-hama yang serius pada tanaman budidaya.
Berdasarkan
pengamatan terhadap gejala serangan Ulat Daun Pada Bawang Merah (Spodoptera exigua)
yaitu menyebabkan daun menjadi berlubang dang menguning menjadi hampa.
Larva
(Spodoptera exigua) memiliki bentuk
ulat bulat panjang berwarna kehijau-hijauan dengan kepala kuning kehijauan
serta memiliki tipe mulut penggigit. Bentuk larva ini bulat panjang berwarna
kehijau-hijauan dengan kepala kuning kehijauan serta memiliki tipe mulut
penggigit. Larva
muda yang menetas dari telur akan bergerombol pada sisi bagian bawah daun (Rioardi, 2009).
Berdasarkan
pengamatan terhadap morfologi Ulat Daun Kubis (Plutella
xylostella) terdiri atas caput, thorax, mulut, abdomen, dan mata faset. Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella) larva
sampai ke dalam tanaman. Larva
yang baru menetas berlomba untuk menggerek buah kubis untuk pertumbuhan demi
melangsungkan hidupnya.
Berdasarkan pengamatan terhadap gejala
serangan Ulat Daun Kubis (Plutella xylostella) yang
diakibatkan oleh serangan adalah daun kubis yang terserang akan
berlubang-lubang dengan ukuran yang bervariasi ada yang berlubang kecil dan ada
besar dan tepi daunnya bergerigi sehingga hanya menyisahkan tulang daunnya
saja. (Rioardi, 2009).
Berdasarkan pengamatan morfologi
Lalat Buah (Dacus sp) dapat disimpulkan bahwa morfologi
lalat buah terdiri dari
antena, kepala, mata, tungkai depan, abdomen, sayap, tungkai belakang.
Berdasarkan pengamatan terhadap gejala serangan larva Lalat
Buah (Dacus sp) pada cabai keriting menyebabkan cabai mnenjadi busuk
dan berlubang
Lalat
buah (Dacus
sp) termasuk dalam ordo
Diptera dan hama ini merusak tanaman vector bagi manusia dan menyerbuk bunga
ada juga sebagai predator. . Lalat buah
berukuran tubuh lebih kecil dan berwarna cokelat. Lalat ini bertelur dipermukaan kulit buah
hingga berlubang kecil. Gejala
serangannya adalah melubangi dan memakan daging buah hingga berlubang
kecil. Hal ini menyebabkan buah menjadi
busuk dan berulat. (Rioardi, 2009).
Berdasarkan pengamatan morfologi Ulat pada Buah Tomat
(Helicoverpa armigera)
dapat disimpulkan ulat buah tomat terdiri dari kepala, kaki, dan berwarna
putih.
Berdasarkan pengamatan gejala serangan ulat pada buah tomat (Helicoverpa armigera) menyebabkan buah tomat yang masak menjadi cepat busuk
dan buah berubah warna menjadi hitam.
Larva buah
tomat (Helicoverpa armigera) termasuk
ordo lipidoptera , ciri ciri larva buah tomat berukuran kecil berwarna putih,
kepala hitam kecil, kaki tidak terlalu tampak, larva menyerang pada buah tomat
yang masak dan mengakibatkan buah tomat menjadi busuk (Rioardi, 2009).
Bedasarkan pengamatan yang dilakukan pada Kutu
putih (Pseudococcus
sp) pada tanaman
mangga, Memiliki tubuh putih, berbentuk oval,
dantubuhnya diselimuti sesuatu yang terlihat seperti kapas. Memiliki 3 pasang
kaki yang berukuran kecil
Berdasarkan pengamatan gejala serangan Kutu Putih (Pseudococcus sp) pada tanaman mangga (Mangifera indica), menyebabkan daun
bercak-bercak hitam dan kuning sehinggas menyebabkan tanaman mati.
Kutu Putih (Pseudococcus
sp) pada tanaman mangga (Mangifera
indica), merupakan jenis hama yang dapat menimbulkan kerusakan secara
langsung dengan mengisap cairan sel daun tanaman inang sehingga menyebabkan
perubahan bentuk yang tidak normal, daun mengeriting, pucuk apikal tumbuh
bengkok dan jarak antar ruas daun memendek, warna bagian tanaman menjadi kuning
dan akhirnya mati, pada tanaman terserang kutu-kutu putih tampak seperti kapas (Rioardi, 2009).
Berdasarkan pengamatan morfologi Kutu
Putih ( Aphys gossypii) pada daun cabai
keriting (Capsicum annun)dapat disimpulkan bahwa morfologi kutu
putih terdiri dari caput, mata, tungkai depan,
abdomen, tungkai belakang.
Berdasarkan pengamatan gejala serangan Kutu
Putih ( Aphys gossypii) pada Daun Cabai
Keriting (Capsicum annun), kurang lebih sama dengan pada daun mangga yaitu menyebabkan
daun menjadi bercak hitam dan kuning.
Kutu Putih ( Aphys gossypii) pada daun Cabai
Keriting (Capsicum annun) seluruh tubuh tertutup oleh lilin termasuk tonjolan
pendek yang terdapat pada tubuhnya. Kutu berwarna cokelat kemerahan, berukuran
kecil, panjang mencapai 1,5-2 mm, terdiri dari caput, abdomen, kaki semu dan
kaki toraksial. Dapat memproduksi embun madu sehingga menarik bagi semut untuk
berkumpul (Rioardi, 2009).
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
5.2
Kesimpulan.
Kesimpulan
yang dapat diambil dari praktikum pengenalan ordo-ordo serangga adalah sebagai
berikut:
1.
Serangga umunya
sebagian besar serangga menjadi hama bagi tanam budidaya.
2.
Secara umum serangga
terbagi atas caput, torax, abdomen dan memiliki 3 pasang tungkai
3.
Serangga terdiri dari
beberapa ordo yaitu Odonata, Orthoptera, Himeptera, Homoptera, Neuroptera,
Mecoptera, Coleoptera, Lepidoptera, himonoptera.
4.
Sebagian besar hama
pada tanaman utama menyerang pada daun tanaman
Hama yang
meyerang tanaman perkebunan dan hortikultura yaitu Kumbang Kelapa (Oryctes rhynoceros), larva Kumbang Kelapa,dan Belalang Pedang (Sexava sp.). sedangkan hama yang tergolong dalam tanaman
hortikultura yaitu Ulat Tentara (Spodoptera
litura F.), Ulat Daun Bawang Merah (Spodoptera
exigua), Ulat Daun Kubis (Plutella
xylostella), larva Helicoverpa
armigera, Kutu Putih (Pseodococcus
sp.) dan Kutu Putih (Aphys gossypii).
5.2 Saran
Saran saya sebagai praktikan agar
praktikum berikutnya praktikan bisa lebih tenang dalam mengikuti praktikum dan
diharapkan agar pada saat praktikum alat-alat yang
digunakan telah tersedia demi lancarnya praktikum ini.
SEMOGA BERMANFAAT DAN JANGAN LUPA UNTUK
ADD DI FACEBOOK : Fherry Pramana
FOLLOW DI TWITTER : Fherry_Pramana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar